Monday, April 25, 2011

ibu...

Zahra bingung bukan kepalang. Gadis kelas IV SD itu masih tampak diam tak bergerak menuliskan sepatah katapun. Ia masih asyik hanya memegangi bolpoint biru yang ia genggam di tangan kanannya. Sementara matanya memandangi seluruh ruangan kamar yang berukuran 3 x 4 ini. Dan pikirannya melayang berkelana mengarungi bintang-gemintang yang indah di malam itu.

Dua jam sudah, dia hanya duduk tak mengerjakan pekerjaan rumahnya. Tak seperti biasanya, ia melakukan hal yang sebodoh ini. Padahal biasanya ia adalah gadis kecil yang selalu rajin dan bersemangat dalam mengerjakan tugas sekolahnya. Bahkan teman-temannya silih berganti datang untuk memintanya memandu dalam PR yang di berikan.

Namun, semuanya terasa berbeda pada PR kali ini, tak ada kegembiraan yang terpancar di wajahnya. Bahkan senyum kecil pun tak menghiasi bibirnya yang mungil. Zahra masih saja duduk terdiam di meja kecilnya. Tak satupun kata menghiasi buku tugasnya. Padahal PR itu pun telah diumumkan sekitar seminggu yang lalu. Tetapi Ia hanya asyik memandangi bintang di langit malam itu yang tampak sangat indah memancarkan keagungan-Nya.

Bukan menjadi sebuah persoalan bagi gadis SD yang selalu rajin menjadi juara kelas ini untuk bisa mengerjakan PR-nya. Dan juga bukan sebuah kesulitan bagi bocah manis ini untuk berkelana memanjakan kreatifitasnya tertuangkan menjadi sebuah tulisan-tulisan indah. Namun, ada hal lain yang membuat gadis mungil itu diam tak berkutik.

***

Seminggu yang lalu, Bu Fitri, guru Bahasa Indonesia memberikan tugas kepada Zahra dan teman-temannya. Sebuah tugas yang telah mematikan daya kreatifitas Zahra selama ini.

“Anak – anak… Tahu kan kalo tanggal 22 Desember itu hari apa?”, tanya Bu Fitri.

“Hari Ibu…”, seru mereka kompak.

“Kalian saying Ibu nggak?”

“Sayang, Bu.”

“Bagus… Nah untuk itu. Ibu akan memberikan tugas untuk kalian. Coba keluarkan buku tugas kalian.”

Dengan secepat kilat, anak – anak kelas IV itu pun segera mengeluarkan buku tugas meraka. Dan bersiap menuliskan apa yang akan Bu Fitri sampaikan.

“Nah tugasnya adalah… Hmmm…”

Bu Fitri menghela nafasnya sebentar. Ia membolak-balik halaman buku yang ia bawa. Seakan sedang mencari sesuatu yang telah hilang.

“Yak.. Tugasnya kalian membuat tulisan bebas yang kalian tujukan kepada Ibu kalian.. Bisa ucapan sayang, terima kasih, cinta, dll.”

Suasana kelas menjadi hening sejenak. Para siswa tampak begitu asyik mendengarkan penjelasan ibu guru berjilbab ini. Seakan mereka sedang terhipnotis oleh suara dan kelmbutannya.

“Nah… Tugas ini dikumpulkan minggu depan tanggal 22 Desember. Ibu akan mengambil nilainya sebagai tugas semester ini. Mengerti kan?”, seru Bu Fitri menambahkan.

***

Tugas itulah yang sempat membuat hati Zahra tercabik – cabik hatinya. Kali ini ia merasa tak mampu untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Bukan karena ia malas ataupun bodoh, melainkan karena bingung. Ia tak punya inspirasi untuk menulis.

Sejak kecil Zahra telah ditinggal ibunya. Allah telah memanggil ibunya semenjak ia bernafas di bumi ini. Ibunya harus meninggal seketika saat Zahra mulai merasakan nikmat dan kesegaran nafas di bumi ini. Dan sejak kecil pulalah ia tak lagi merasakan kasih saying ibu. Ia tak lagi bisa merasakan belai mesra seorang ibu. Bahkan ia pun tak bisa memandangi wajah manis dan pelukan sayang seorang ibu. Ia hanya bisa mendengar cerita-cerita yang selalu ia dengar dari ayahnya. Cerita yang mengenalkan dan mendekatkannya dengan sosok seorang ibu.

Dan inilah masalah terbesar yang harus Zahra hadapi. Ia tak bisa membayangkan akan kasih sayang seorang ibu. Ia tak mampu melihat dan merasakan tatapan kelembutannya. Ia hanya merasa seperti seseorang yang tak lagi sempurna.

Pikirannya terus berkelana dari satu bintang ke bintang lainnya. Seakan ia ingin memutar waktu tuk melihat perjuangan dan jerih payah seorang ibu. Dan segera ia tuangkan satu per satu tulisan di atas selembar kertas tugasnya. Menjadi sebuah untaian kalimat yang akan terasa indah untuk didengarkan. Ia coba goreskan tinta hitamnya tuk menghiasi lembaran putih itu. Tak terasa tiba – tiba air mata jatuh membasahi pipi putuhnya. Mengalir deras dari kelopak mata dan jatuh menetes di atas meja belajarnya.

***

Suasana kelas tampak semakin hening. Bu Fitri memanggil satu per satu nama siswa untuk maju ke depan kelas. Ia ingin murid – muridnya mempresentasikan hasil karya yang telah mereka buat. Tugas seminggu yang akan menjadi sebuah moment spesial untuk menghormati dan menghargai perjuangan seorang ibu.

Zahra Kumala Khairunnisa…

Nama itu terucap langsung dari mulut Bu Fitri. Dan mengharuskan langkah kecil Zahra untuk maju ke depan kelas. Parasaan bingung dan takut menyeruap seketika di hatinya. Namun, dengan langkah pasti ia coba untuk tegar menguasai suasana

“BIsmillah…”, ucapnya lirih dalam hati.

Suasana kelas semakin terasa hening. Zahra tampak siap sedia berdiri di depan kelas itu. Mempresentasikan hasil dari tugas yang telah ia kerjakan. Sebuah tugas yang sempat mebuatnya mati kreatifitas dan bakat menulisnya.

Ia mencoba menarik nafas dalam-dalam. Mencoba menata hati untuk siap melontarkan suara mungilnya.

“Silakan Zahra. Kamu presentasikan apa yang telah kamu tulis di buku itu.”, seru Bi Fitri.

Zahra hanya mengangguk tanda setuju. Tiba – tiba sebuah kata seketika keluar dari mulut munginya. Dan menyusul kata demi kata lainnya untuk terangkai menjadi sebuah kalimat yang indah. Mengalun merdu menjadi sebuah lantunan harmoni yang padu.

Kala ku pejamkan mata

Ku lihat wajahmu yang berseri

Senyummu yang membuat hatiku merasa teduh dibuatnya

Namun..

Saat ku buka kembali mataku

Ku tahu ini semua hanyalah mimpi dan harapanku saja

Andai aku mampu

Ingin rasanya kucoba memandangi tatapanmu yang indah

Tapi ku tahu ini semua hanyalah harap dan pintaku saja

Ibu…

Tak pernah sedikitpun terbayang akan wajahmu

Hanya cerita orang yang kudapat darimu

Namun yang kutahu

Kau begitu berharga bagiku

Kau telah mendatangkan cinta bagiku.

Dan kini

Semua hanya kan menjadi mimpi dan pintaku saja

Aku hanya bisa berdoa

Semoga kau bahagia disisi-Nya

Semoga kau tersenyum melihatku bahagia

Karna hanya itu yang mampu ku berikan

Sebagai sebuah rindu pelipur lara

Tuk berucap

Aku rindu padamu

Ibu…



thanks sayang

No comments: